Minggu, 21 Maret 2010

Nyaris Aja

Nyaris aja….

Apanya yang nyaris????

Menurut kalian apa yang nyaris???

Kalo menurut saya ya sesuatu yang layak dibilang nyaris….

Jadi apa maksudnya saya menulis ‘nyaris saja’???

Ya karena nyaris saja….

Apanya???


Cukup2, daripada naik darah baca tulisan ini ajalah….


Di suatu jalan kecil, ada seorang bapak tua sekitar umur 60-an sedang menaiki sepeda onthelnya menyusuri perkampungan, bapak itu memakai baju koko bewarna putih, sarung bermotif kotak-kotak dengan warna hijau, dan tidak lupa kupluk hijau dikepala beliau. Peluh membanjiri wajahnya, mata itu terasa lelah dan hampir menutup, tubuh ringkih itu serasa bisa terlihat tembus pandang karena peluh yang membanjiri baju kokonya, tiap hembusan nafasnya serasa berat,jantung itu berdegup kencang bersaha keras memompa aliran darah, perut itu sudah menjerit-jerit karena belum diisi dari pagi. Walaupun begitu, gelapnya langit dan angin dingin yang serasa menusuk kulit bukan jadi halangan bagi beliau untuk meneruskan perjalanannya…


Tapi, bukan itu yang akan saya ceritakan….

Yang tadi saya cuma latihan skill story telling aja. Kebayang gak ciri-ciri bapak itu??

Yang bener ini….

Kamis, 18 Maret

Di suatu jalan kecil,sekitar jam 9. Ada seorang pemuda sedang menaiki sepeda pancal. Pemuda itu mempunyai tinggi sekitar 175-an cm, kulit coklat, memakai kacamata yang lensanya besar dan berbingkai hitam, rambut yang mengikuti bentuk kepalanya yang bulat, berbadan tegap,teman2 bilang wajahnya mirip napi. Dia memakai baju putih yang bergambar pemusik dunia, sarung putih dan mempunyai corak bewarna hitam. Itulah si Upik.

Malam i2, Upik naik sepedanya mau pergi ke kosnya Reftika soalnya mau pinjam buku. Sepeda yang Upik naikin itu sadelnya (tempat duduk) dalam kondisi hampir lepas dan miring ke belakang sehingga kalo mau naik sepeda itu harus ekstra hati-hati. Lagipula karena sadel sepeda itu miring kebelakang, Upik yang naik sepeda itu bakal terlihat seperti punya ‘anu’ yang besar. Soalnya moncong sadel itu menghadap ke atas. Untuk itulah dia pakai sarung waktu naik sepeda.

Perjalanan itu terasa menegangkan bagi Upik, soalnya dia harus hati-hati waktu duduk di sadelnya supaya apa yang ditakutkan tidak terjadi, bokong nancap di sepeda. Apa yang ditakutkan memang terjadi, sadel itu lepas dari sepeda dan bokong Upik siap ‘disambut’ oleh besi dingin…

Untungnya (sayang sekali yang terjadi malah ‘untungnya’ bukan ‘sayangnya’) beberapa milidetik sebelum ‘penyambutan’, Upik dengan sigap berhasil membelokkan bokongnya ke posisi yang aman…

GUBRAK GUBRAK !!!!

Terdengar suara berisik di belakang. Upik pun menoleh, terlihat seorang bapak yang sedang menaiki sepeda motornya baru saja menginjak sadel Upik sehingga motor yang dikendarainya terasa berguncang. Bapak itu kebingungan melihat sadel yang beliau injak dan Upik berkata kepada bapak itu, “Pak, itu sadel saya…”. Bapak itu hanya menertawakan Upik sambil lalu dari tempat itu…

Akhirnya Upik sampai juga di kosnya Reftika dan berhasil menyelesaikan keperluannya…

TAMAT

Tunggu, ada yang masih saya pertanyakan. Bagaimana Upik memanggil Reftika supaya keluar kos?? Kan gak mungkin dia mau teriak-teriak malam-malam, lagian pagar kos Reftika ada tulisan ‘COWOK DILARANG MASUK!!!’ jadi harus pake hape buat manggil Reftika. Nah, terus hapenya ditaruh mana,kan Upik pake sarung?? Tadinya Reftika mengira Upik menaruh hapenya di CDnya. Wah,kalo hapenya nyala bisa2 beda tipis sama Ultraman tuh. Kalo Ultraman yang nyala dari dada, kalo si Upik yang nyala dari -censored- . Tapi, dia bilang kalo hapenya diselipin di sarungnya dengan teknik khusus. Emang kita ini gak boleh mikir yang aneh-aneh dulu ya….


1 komentar: