Minggu, 28 Februari 2010

Cinta Menopang Komitmen ataukah Komitmen yang Menopang Cinta ???

Nah, topik ini saya dapatkan waktu sedang mengikuti sebuah acara di Batu...
Sebenarnya mana yang benar??? cinta yang menopang komitmen ataukah komitmen yang menopang cinta???

kalo melihat secara sepintas, mungkin sebagian besar kita akan memilih cinta yang menopang komitmen..
ya tentu saja karena kalo tidak ada cinta komitmen itu tidak bisa tercipta, emangnya pacaran itu kontrak???

Tapi kalo saya bilang, keduanya akan bergantian yang mengisi hidup kita (kalo anda berniat berpasangan tentunya...)

Mengapa?? saat masa-masa seleksi ( lagi milih orang yg tepat ) kondisi cinta kita adalah cinta eros. Sedangkan cinta eros itu sendiri agak naik-turun. Ketika cinta i2 berakhir, komitmen itupun akan berakhir pula....

Anda yakin bisa tetap "membara" selama 50 tahun dengan orang sama??
saya sendiri ragu tuh, karena suatu hari pasti saya akan bosan dengan isteri saya ( jangankan menikah, bru pdkt aja sering bosan)...
Saat itulah yang namanya "Komitmen menopang cinta" yang menjaga kehidupan perkawinan kita (kelak)...
Apabila kita merasa melihat pasangan yang menua, semakin kendur dan kolot, bosan, kita akan mengingat komitmen, janji sakral yang telah diukir

Saya, xxxxxxxxx menerima engkau, xxxxxxx menjadi satu-satunya istri/suami dalam pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan, sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, semasa kelimpahan dan kekurangan, di waktu sakit dan di waktu sehat, untuk dikasihi dan diperhatikan serta dihargai, seperti Kristus mengasihi JemaatNya sampai kematian memisahkan kita, menurut titah kudus Tuhan dan iman percaya saya kepadaNya, kuucapkan janji setiaku kepadamu."

karena telah mengingat janji itulah anda akan belajat untuk menjaga komitmen anda dan selagi menjaganya, anda juga akan belajar mencintai pasangan anda hari demi hari sampai maut memisahkan....

Melihat Secara Keseluruhan

pada harian kompas sekitar tahun 2007 ( wadu, saya lupa tanggal brp, sorry yo...) ada cerita yang cukup menarik...
Begini, ada seorang wanita bernama Wagiyem, beliau hidup bersama suaminya dan mereka tinggal di Wonogiri. Pada suatu hari, mereka hijrah ke London...
eh, Jakarta deh..
ya tentu saja untuk mengadu nasib. Singkat cerita, mereka sukses dalam usahanya di bidang perbaksoan. Tentu saja, yang namanya sukses pasti kaya. Kemudian pada suatu saat saat suami dari ibu Wagiyem sedang jalan-jalan, kecantonlah ia pada seorang wanita muda yang cantik ( menurut si laki-laki tentu saja). Kemudian si suami ini tentu saja ingin menjadikan wanita ini sebagai isteri mudanya. Ah, karena udah kaya punya isteri 2 bukan masalah, dananya cukup aj, begitu pikir sang suami...

Wagiyem yang disodri proposal soal itu tidak bisa berkata apa-apa...
Ya, udah menikahlah ia....

Pada sekitar tahun 96-97, karena ada isu formalin & boraks di dalam bakso, tentu saja omzet dari keluarga Wagiyem ini jatuh drastis, bahkan usaha yang dirintis jatuh bangkrut...

Akhirnya pulanglah si suami ini bersama isteri mudanya ke kampung karena sudah tidak mampu lagi hidup di Jakarta sementara ibu Wagiyem stay di sana.

Waktu terus berlalu, akhirnya Ibu Wagiyem dapat sukses lagi, sementara suaminya hidup kere di kampung. Suatu hari, Ibu Wagiyem mengunjungi sang suami di kampung,

biasanya sih klo udah dimadu, ditinggalin pula sama suami pastilah menjengkelkan, siapa yang mau digituin??
apalagi melihat kondisi sang suami, mungkin kita berpikir kena karma tuh, rasain,kapok, bla bla bla

Tetapi ini berbeda, Ibu Wagiyem malah iba, Ia justru memberikan bantuan modal usaha & kasi uang bulanan ke suaminya sebesar 5 juta tiap bulan...

Saat ditanya kenapa beliau melakukan hal tersebut,beliau berkata, "Ia pernah memberikan saya kekuatan, Saya juga pernah merasakan cintanya. Sekarang yang hanya ingin saya lakukan hanya bersyukur."

Kalo saya melihat kisah di atas saya bisa mengambil keseluruhan kalo Ibu Wagiyem bisa melihat suaminya secara keseluruhan. apa yang saya maksud dengan keseluruhan adalah beliau tidak hanya mau menerima hal yang baik saja tetapi yang buruk juga mampu beliau terima. Kadang kita hanya melihat dari satu sisi saja dari seseorang, kita hanya dekat saat di sana ada sisi baik saja, tapi begitu keluar sisi buruknya kita langsung meninggalkannya.

Sebenarnya ada baiknya kalo kita bisa melihat semua sisi dari seorang manusia, dengan melihat semua sisi tersebut kita bisa menciptakan sebuah persaudaraan yang berkualitas karena semuanya saling mengisi dam bisa saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.